8 Rekomendasi Hotel di Sekitar Danau Toba

8 Rekomendasi Hotel di Sekitar Danau Toba

1. JUDITA COTTAGE


Klik gambar untuk lihat detail harga dan hotel.

Selain ke Danau Toba, kamu juga bisa mendapatkan akses mudah ke Siallagan, Tomok, dan Pangururan jika menginap di Judita Cottage yang berada di jalan Lingkar Tuktuk, Samosir, Sumatera Utara. Banyak fasilitas memadai yang bisa kamu nikmati di Judita Cottage, antara lain kamar tidur yang nyaman dan menghadap pantai indah, peralatan mandi lengkap, TV, karaoke, BBQ, resto, kedai kopi, massage, rental sepeda, dan area parkir.

Harga yang ditawarkan oleh Judita Cottage juga terjangkau, yaitu hanya Rp 201.653* per malam, jika pesan di pegipegi.com.





2. ANJU COTTAGES



Klik gambar untuk lihat detail harga dan hotel.

Anju Cottages adalah penginapan nyaman di jalan Lingkar Tuk-Tuk, Simanindo, Samosir, Sumatera Utara. Cottage-nya bernuansa Sumatera Utara banget dan memiliki pemandangan yang indah. Buat pecinta alam, kamu pasti betah menginap di sana.

Setiap kamar di sana dilengkapi dengan peralatan mandi dan TV. Untuk melengkapi liburan kamu, nikmati juga BBQ, kedai kopi, resto, karaoke, bar, massage, rental sepeda, dan area parkir. Yuk, menginap di Anju Cottages dengan harga mulai dari Rp 223.140* per malam dengan pesan di pegipegi.com.




3. SAULINA RESORT



Klik gambar untuk lihat detail harga dan hotel.

Saulina Resort terletak di jalan Aek Rangat Pangururan Samosir, Samosir Barat, Pulau Samosir. Sehingga, ketika bangun pagi, kamu bakal langsung merasakan keindahan Samosir dan sekitarnya. Nikmati fasilitas kamar yang tersedia, seperti peralatan mandi dan TV. Kamu juga bisa memanfaatkan karaoke, resto. layanan kamar, dan area parkir untuk memenuhi kebutuhanmu.

Dengan harga hanya Rp 256.198* per malam, kamu sudah bisa menginap di Saulina Resort, jika pesan di pegipegi.com!






4. HOTEL SILINTONG



Klik gambar untuk lihat detail harga dan hotel.

Hotel Silintong merupakan penginapan bernuansa resort dengan interior kayu klasik yang bikin kamu merasa betah seharian. Penginapan yang berada di jalan Ring Road Tuk Tuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Samosir ini tentunya menawarkan pemandangan pantai dan tanaman hijau yang indah.

Nikmati beragam fasilitas yang disediakan Hotel Silintong, seperti peralatan mandi, TV, BBQ, resto, massage, layanan kamar, rental sepeda, dan area parkir. Kamu bisa menginap di Hotel Silintong dengan harga mulai dari Rp 348.222* per malam, jika pesan di pegipegi.com.


5. PARAPAT VIEW HOTEL



Klik gambar untuk lihat detail harga dan hotel.

Parapat View Hotel menyediakan pelayanan ramah dan fasilitas modern bagi para tamu, seperti kamar tidur yang nyaman, peralatan mandi, TV, kolam renang, BBQ, resto, layanan kamar, dan area parkir. Kamu bisa mendapatkan harga mulai dari Rp 437.530* per malam untuk menginap di penginapan yang berada di jalan Sidaha Pinto No. 7, Simalungun, Sumatera Utara ini, jika pesan di pegipegi.com.





6. SAMOSIR COTTAGES RESORT



Klik gambar untuk lihat detail harga dan hotel.

Samosir Cottages Resort adalah akomodasi yang letaknya strategis. Beralamat di jalan Lingkar Tuk Tuk Siadong, Pulau Samosir, penginapan ini dekat dengan Stone Chairs dan Makam Raja Sidabutar yang hanya berjarak 1,99 km. Fasilitas yang ditawarkan oleh Samosir Cottages Resort adalah peralatan mandi, TV, kolam renang, dan lain-lain.

Kamu bisa menginap di Samosir Cottages Resort adalah Rp 454.545* per malam, jika kamu pesan di pegipegi.com.



7. INNA PARAPAT



Klik gambar untuk lihat detail harga dan hotel.

Inna Parapat hanya berjarak beberapa menit dari Danau Toba. Penginapan di jalan Marihat No. 1, Parapat, Sumatera Utara ini menawarkan pemandangan indah berupa permukaan danau dan pegunungan berkabut di pagi hari. Selain itu, beragam fasilitas memadai juga ditawarkan di sana, seperti BBQ, karaoke, kedai kopi, resto, conference room, layanan kamar, dan area parkir.

Dengan harga mulai dari Rp 741.321* per malam, kamu bisa menginap di Inna Parapat, jika pesan di pegipegi.com.





8. ATSARI HOTEL PARAPAT



Klik gambar untuk lihat detail harga dan hotel.

Penginapan yang berada di jalan Kolonel TPR. Sinaga No. 9, Kabupaten Simalungun, Kecamatan Girsang Sipangan Balon, Parapat, Sumatera Utara ini menyediakan pelayanan ramah dan fasilitas modern, seperti peralatan mandi, AC, TV, kulkas, kolam renang, karaoke, resto, layanan kamar, dan lain-lain.

Untuk menginap di Atsari Hotel Parapat, kamu hanya butuh bujet mulai dari Rp 826.446* per malam, jika pesan di pegipegi.com.

disalin obatak.id dari sumber : pegipegi.com
Read More
Parapat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

Parapat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

obatak.id-Nama Parapat sudah tidak asing lagi bagi kita semua, ketika berbicara mengenai danau toba maka kota Parapat yang muncul pertama sekali. Ini dapat dimaklumi karena Parapat yang dijadikan sebagai pusat Wisata Danau Toba seperti pertunjukan Pesta Danau Toba, Dan di Parapat juga lah fasilitas-fasilitas yang mendukung wisata seperti Hotel, Permainan air dll.







Read More
Bukit Gibeon di Desa Parsaoan Sibisa, Kecamatan Ajibata

Bukit Gibeon di Desa Parsaoan Sibisa, Kecamatan Ajibata


Kolam renang di lokasi wisata Bukit Gibeon. (foto : Maria Sitorus).

obatak.id - Bukit Gibeon dengan wisata alamnya yang indah dan mempesona merupakan objek wisata yang menjadi ikon Kabupaten Toba Samosir (Tobasa).

Objek wisata yang berada di Desa Parsaoan Sibisa, Kecamatan Ajibata ini dibangun oleh pengusaha putra daerah Tobasa, DL Sitorus.
Bukit Gibeon dirancang ditengah-tengah panorama indahnya alam pedesaan Parsaoran Sibisa yang masih steril dari polusi udara dan berada di antara hamparan pebukitan Gibeon.
Kolam renang dan wisata rohani Bukit Gibeon menawarkan ketakjuban alam semesta, kolam renang bermuara dari mata air Gibeon yang mengalir ke lembah Bukit Gibeon dan dirancang menjadi 2 unit kolam renang.


Diperkirakan debit aliran mata air sekitar 2.000 liter per detik, sehingga air kolam renang Bukit Gibeon melimpah tidak tertahan di dalam kolam, namun mengalir keluar sebanyak air yang mengalir dari atas bukit sehingga airnya bersih, dingin dan menciptakan rasa sejuk.

Kolam renang dan objek wisata rohani Bukit Gibeon salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi. Ini dikarenakan memiliki fasilitas kolam renang yang unik, airnya bersumber dari mata air Bukit Gibeon tanpa menggunakan pompa air dan tempatnya strategis dengan suasana alam yang sejuk nan hijau.

Kolam renang Bukit Gibeon menjadi tujuan pariwisata karena letaknya strategis aksesnya terjangkau. Namun ada sedikit kendala, karena jalan simpang Bukit Gibeon atau gapura pintu masuk dari ruas Jalan Siantar Toba dan Aek Natolu macet karena pasar tradisional setiap hari Minggu sepanjang akses utama menuju Bukit Gibeon.

"Mudah-mudahan Pemkab Tobasa melalui instansi terkait mampu mengatasi persoalan ini, dengan mengalokasikan pasar agar akses pintu utama masuk ke Bukit Gibeon tidak kelihatan kumuh," kata salah seorang pengunjung dari Kota Medan.


Objek wisata Gibeon dibuka mulai sekira pukul 08.00-20.00 WIB. Memasuki Bukit Gibeon ada beberapa objek wisata yang patut dikunjungi. Ini mulai dari objek wisata rohani penginjilan Bukit Gibeon yang menyimpan sejarah Alkitab dan perkakas ibadah zaman Perjanjian Lama. Selanjutnya hamparan lahan yang tertata rapi sepanjang perjalanan menuju objek wisata Bukit Gibeon.

Menurut Humas Bukit Gibeon, S Sitorus, lokasi ini masih dalam tahap pembangunan, seperti menambah unit kolam renang. Pasalnya kolam renang yang sudah ada tidak mampu menampung pengunjung istemewa pada hari libur. Selain membangun kolam renang, pihak Bukit Gibeon juga akan menyediakan arena bermain anak-anak dan kolam rekreasi sepeda air serta restoran.

"Jika sedang berada di Kabupaten Tobasa ada baiknya mengunjungi Bukit Gibeon, sembari menyaksikan indahnya kolam renang, air terjun mata air serta panorama pemandangan. Untuk memasuki objek wisata ini, pengunjung dikenakan relatif murah sebesar Rp 5-10 ribu per orang," kata Sitorus, Jumat (19/8/2016).


Penulis: sitorus mel. Editor: Aan.




sumber : http://www.hetanews.com/
Read More
Aek Sipangolu di Kecamatan Batikraja

Aek Sipangolu di Kecamatan Batikraja

obatak.id-Aek sipangolu terletak di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara.

Aek Sipangolu adalah nama sebuah air terjun di Bakara. Mata airnya berasal dari telaga batu cadas di lereng pegunungan. Asal mula air ini berkat kesaktian Raja Sisingamangaraja. Kala itu Sang Raja dalam perjalanan pulang dari Manduamas-Barus menuju Lumban Raja-Bakara dengan membawa seekor Gajah Putih (Gaja Puti) yang langka sebagai hadiah kerajaan dari Pamannya yang bernama Raja Uti. Karena perjalanan jauh dan teriknya matahari, timbul dahaga dan Gaja Puti sekarat kehausan, sementara air Tao Toba jauh terletak di kaki gunung yang terjal. Raja Sisingamangaraja berdoa kepada Ompu Mulajadi Na Bolon, kemudian menancapkan tombak Hujur Siringis ke batu cadas, dan memancarlah air dari tempat tersebut. Air tersebut diminum langsung ke mulut sehingga dinamakan (semula) sebagai Binanga Bibir (Telaga Bibir), dan disebut juga sebagai Aek Sipaulak Hosa (air pelepas dahaga).

sumber : diolah dari berbagai sumber
foto : Johny Siahaan/Indonesiatravelguide

Read More
Tobasa Berbenah Jadi Destinasi Wisata Dunia

Tobasa Berbenah Jadi Destinasi Wisata Dunia

obatak.id - Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara, terus berbenah untuk menjadi salah satu destinasi wisata dunia, dengan mengandalkan 27 obyek wisata potensial yang layak dikembangkan.

"Kabupaten yang terletak di pinggir Danau Toba ini sangat potensial untuk dikembangkan serta memiliki peluang besar meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya," ujar Kepala Disbudpar Tobasa, Ultri Sonlahir Simangunsong di Balige, Selasa (23/6/2015).

Umumnya, menurut Simangunsong, potensi pariwisata di kabupaten ini mengetengahkan keindahan panorama alam Danau Toba, seperti pantai Lumban Silintong, dengan jarak tempuh hanya sekitar 10 menit dari kota Balige.

Selain itu "long beach Ajibata" yang dilengkapi sarana bermain olahraga air, serta pantai pasifik Porsea, Siregar Aek Nalas, dan pantai Janji Maria Tambunan. Obyek wisata lainnya, yakni makam pahlawan nasional Raja Sisingamangaraja XII yang gugur dalam perjuangannya melawan penjajah Belanda.


TRIBUN MEDAN / RISKI CAHYADI Tari Sepuluh Etnis dibawakan dalam penutupan Festival Danau Toba 2014 di Balige, Kabupaten Tobasa, Minggu (21/9/2014).
Persis di tengah kota Balige, terdapat pasar tradisional Onan Balerong yang dibuat pada zaman kolonial Belanda serta selalu menjadi pusat perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.

Kemudian, Museum Batak TB Silalahi Center, pematang sawah Tampahan, Dolok Tolong dan Pahoda aerosport area serta old house Jangga Dolok di Kecamatan Lumbanjulu. Di samping itu, ada sirkuit alam Sibodiala yang memiliki panorama indah di sekeliling lintasan track balap motor serta obyek wisata pendidikan institute teknologi Del Sitoluama di Laguboti.

Wisata rohani makam Nommensen, seorang misionaris Jerman, penyebar Injil di kawasan Tapanuli, sekitar satu setengah abad lalu berada di Kecamatan Sigumpar berjarak sekitar 12 kilometer dari Balige atau berkisar 240 kilometer dari kota Medan.

Untuk memudahkan wisatawan lokal maupun luar mengenal lebih jauh daerah Tobasa, persis di depan kantor Disbudpar di pusat kota Balige, tourism map permanen berukuran sekitar 2x3 meter sudah dibangun pada November 2013.

Bahkan, lanjut Simangunsong, direncanakan buku panduan berisikan informasi ringkas tentang obyek-obyek wisata pilihan berikut data mengenai sarana dan prasarana pariwisata yang dibutuhkan selama melakukan perjalanan di Tobasa, akan dilengkapi aplikasi teknologi digital.


SONORA/S JUMAR SUDIYANA Parlindungan Sidabutar (50), pemandu wisata di obyek wisata Pulau Samosir, Sumatera Utara

Buku panduan perjalanan wisata atau tourism map Tobasa itu dilengkapi "barcode" yang mempermudah pencatatan obyek tertentu dengan menggunakan hyperlink. "Pariwisata Tobasa perlu terus dibenahi secara holistik, dengan mengoptimalkan wisata budaya, wisata rohani serta wisata minat khusus," katanya.

Sementara itu, anggota DPRD Tobasa, Syamsudin Manurung menyebutkan, untuk dapat menjadi salah satu destinasi wisata nasional bahkan dunia, potensi wisata di Kabupaten tersebut perlu ditata secara maksimal.

Keunikan berbagai wisata budaya dan kuliner yang dimiliki kabupaten ini perlu digali serta terus dikembangkan. "Dinas Pariwisata setempat perlu melakukan berbagai promosi tentang keindahan dan keunikan parawisata yang ada di daerah ini," katanya.

Read More
Aek Sipitu Dai (Air Tujuh Rasa) di Kecamatan Pangururan

Aek Sipitu Dai (Air Tujuh Rasa) di Kecamatan Pangururan

Obyek wisata Aek sipitu dai ( Air Tujuh Rasa )terletak di desa aek sipitu dai kecamtan Sianjur Mulamula sekitar 10 Km dari ibu kota Pangururan.  Sesuai dengan legenda yang menyatakan bahwa terdapat 7 (tujuh) rasa air pada lokasi Aek Sipitu Dai. Mata air Aek Sipitu Dai ada tujuh. Mata air tersebut berjejer ke sebelah kiri pohon jabi-jabi.

Konon, dari ketujuh mata air ini keluar air dengan cita rasa yang berbeda. Kemudia air yang keluar dari ketujuh mata air berbagung menjadi satu melalui bawah pohon jabi-jabi dan dari sana memancur ke bawah, sehingga disebut Pansur Jabi-jabi Sipitu Dai (Pansur Jabi-jabi Tujuh Rasa). Sumber mata air yang mengalirkan 7 cita rasa air ini diyakini memiliki keistimewaan, yaitu dapat menyembuhkan. Ketujuh rasa air yang keluar adalah :
  1. Aek Poso untuk bayi (rasa manis)
  2. Aek Sibaso untuk kebidanan (rasa tawar)
  3. Aek Pardenggan untuk ibu hamil (rasa tawar)
  4. Aek Marbaju untuk Naposo Boru-Boru (gadis) (rasa asam)
  5. Aek Doli untuk Naposo Baoa (pemuda) (rasa asam)
  6. Aek Hela untuk menantu laki-laki (rasa asam)
  7. Aek Pangolu  Raja untuk Raja (rasa manis)





SEKILAS TENTANG AEK SIPITU DAI (AIR TUJUH RASA)
Adalah satu air dengan tujuh buah pancuran yang masing-masing, pancuran mempunyai tujuh sumber mata air, yang masing-masing mengalir sehingga bergabung menjadi satu aliran dalam satu bak yang panjang, kemudian dari bak yang panjang itu dibuat pancuran yang tujuh itu menjadi tujuh macam pula seperti pada sumber mata airnya padahal telah bergabung dalam bak yang panjang.
Air ini disebut “PANSUR SIPITU DAI” (Pansur Tujuh Rasa), karena pancuran yang tujuh itu mempunyai tujuh macam rasa, ketujuh pancuran ini, dibagi menurut status masyarakat yang ada di Limbong yaitu :
  1. Pansuran ni dakdanak yaitu tempat mandi bayi yang masih belum ada giginya
  2. Pancuran ni sibaso yaitu tempat mandi para ibu yang telah tua, yaitu yang tidak melahirkan lagi
  3. Pansuran ni ina-ina yaitu tempat mandi para ibu yang masih dapat melahirkan
  4. Pansur ni namarbaju yaitu tempat mandi gadis-gadis
  5. Pansur ni pangulu yaitu tempat mandi para raja-raja
  6. Pansur ni doli yaitu tempat mandi para lelaki
  7. Pansur Hela yaitu tempat mandi para menantu laki-laki yaitu semua marga yang mengawini putri marga Limbong
KEANEHANNYA :
  1. Dari tujuh macam rasa yang dari pancuran itu tidak ada satupun seperti rasa air biasa
  2. tujuh macam rasa bersumber dari tujuh mata air telah bergabung dalam satu Labuan (Bak Panjang) tetapi anehnya rasa air yang tujuh macam itu, dapat terpisah kembali, sehingga rasa air yang mengalir melalui pancuran yang tujuh itu menjadi tujuh macam rasanya.
  3. selama bergabung dalam labuan (bak panjang), rasa lainnya hanya satu macam saja, walaupun sumbernya tujuh macam dan keluarnya tujuh macam
  4. apabila air ini diambil dan dibawa ke tempat jauh dan tidak direstui oleh penghuni alam yang ada di tempat itu, maka airnya akan menjadi tawar seperti air biasa.
  5. Mandi di pancuran ini, dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
  6. apabila ada orang jatuh saat mandi di Pancuran ini, kalau pada saat jatuh kepalanya ke arah hulu, maka ia akan jatuh sakit, tetapi kalau kepalanya ke arah hilir, maka ia akan meninggal dunia.
  7. di pancuran ini, orang dapat berdoa kepada Debata Mula Jadi Nabolon (Tuhan Yang Mah Esa) memohon kesembuhan, memohon agar murah rejeki dan memohon bermacam keinginan lainnya, dan ternyata sudah banyak orang yang telah berhasil memperolehnya.
Bagian  II
Pancur Tujuh Rasa adalah melambangkan angka sakti atau bilangan sakti, karena bilangan tujuh itu adalah bilangan sakti dalam kehidupan ritual bagi suku Batak, dan juga melambangkan beberapa macam keadaan suku Batak.
Adapun berbagai macam keadaan yang dilambangkan Pancur Tujuh Rasa ini ialah :
1. Menurut ahli perbintangan Batak, bahwa dunia ini beserta isinya, di ciptakan oleh Debata Mula Jadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) dalam tujuh hari yaitu mulai dari artia hingga samirasa yaitu hari pertama hingga hari ke tujuh, menurut penanggalan Batak jumlah hari penciptaan yang tujuh inilah yang merupakan dasar untuk dikembangkan menjadi nama-nama hari yang tigapuluh untuk mengikuti peredaran bulan mengelilingi bumi selama satu bulan. Jumlah hari yang tujuh itu, sama dengan jumlah hari yang pergunakan kalender Internasional, yang lazim disebut dengan istilah seminggu, namun perbedaan antara kalender Internasional dengan kalender penanggalan Batak ialah : kalender Internasional berpedoman kepada siang, yakni berdasarkan peredaran matahari, yang dimulai dari tengah malam yaitu jam 0.00 sampai dengan yakni jam 0.00. Tetapi penanggalan Batak berpedoman kepada malam yang berdasarkan peredaran bulan yaitu dimulai dengan jam 18.00 (jam 6.00 menjelang malam) sampai dengan jam 18.00.
Adapun nama-nama hari yang tujuh itu, kemudian dikembangkan menjadi tiga puluh, mengikuti peredaran bulan dalam satu bulan, adalah sebagai berikut :
Artia (hari pertama, senin), suma (hari kedua selasa), anggara (hari ketiga rabu),muda (hari keempat kamis), boras pati (hari kelima Jumat), singkora (hari keenam sabtu), samisara (hari ketujuh minggu), artian ni aek, suma ni mangodap, anggara sampulu, muda ni mangodap, boraspati ni tangkop, singkora purnama, samisara purnama, tula, suma ni holom, anggara ni holom, nada ni holom, singkora mora turunan, samisara mora turunan, artian ni angga, suma ni mate, anggara ni begu, muda ni mate, boras pati na gok, singkora duduk, samisara bulan mate, hurung, ringkar.
Kalender Internasional menghitung hari 356 hari atau 12 bulan dalam setahun, tetapi penanggalan batak menghitung hanya 355 hari atau 12 bulan namun sekali 3 (tiga) tahun, ada bulan ke-13 yang disebut bulan lamadu.
Dalam kehidupan suku Batak ada ahli perbintangan yang namanya disebut “Datu Siboto Ari”. Datu Siboto Ari ini dapat mengetahui dan menentukan, hari yang baik, hari yang sial, hari yang naas, hari yang subur dan hari-hari lainnya. Datu Siboto Ari (ahli perbintangan Orang Batak) yang dapat mengetahui dan menentukan mana hari baik dan mana hari sial, bukanlah ilmu ramal-meramal tetapi sesuai dengan ilmu pengetahuan yang mereka kuasai maka mereka dapat membaca dan mengartikan situasi yang akan terjadi pada saat-saat tertentu, atau hari-hari tertentu sesuai dengan pengaruh dan hubungan letak dan posisi bulan pada garis edarnya dan akibatnya terhadap manusia.
Jadi jelaslah bahwa ilmu perbintangan Batak itu bukanlah ilmu ramal meramal, melainkan adalah ilmu pengetahuan alam atau ilmu hukum alam. Menurut ilmu perbintangan batak bahwa manusia itu sangat erat kaintannya dengan alam semensta, sehingga letak dan posisi bulan pada garis edarnya, ini sangat berpengaruh dan mempunyai akibat tertentu, terhadap kehidupan manusia maka oleh karena itu untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu, harus dipilih hari yang baik. Para Datu Siboto Ari (Ahli Perbintangan Batak), pada umumnya mereka menuliskan ilmu pengetahuan perbintangan itu pada sepotong bambu yang disebut “Bulu Parhalaan”.
Didalam bulu parhalaan ini dituliskan daftar hari baik dan hari sial serta hari-hari lainnya, sesuai dengan pengaruh dan akibat letak posisi bulan pada garis edarnya terhadap manusia yang berhubungan dengan bentuk pekerjaan yang akan dikerjakan dan juga disesuaikan dengan tingkatan status orang yang akan mengerjakan pekerjaan itu. Hanya sayang Bulu parhalaan itu, sangat sederhana sekali, jadi masih memerlukan usaha kita sekarang untuk menyempurnakannya, sehingga menjadi ilmu yang sangat bermanfaat luas dalam kehidupan manusia.
2. Pansur Sipitu Dai (Pancur Tujuh Rasa) juga melambangkan bahwa penguasa Alam Semesta, bersemayam pada tingkatan langit yang Ketujuh, dan pada lapisan awan yang ketujuh. Hal ini dapat kita lihat dalam Tonggo-tonggo si Raja Batak (Doa Siraja Batak) sewaktu si Raja Batak mengadakan upacara persembahan menyembah Debata Mulajadi Na Bolon di Puncak Dolok Pusuk Buhit, dengan Tonggo-tonggo (Doa sebagai berikut) :
“Hutonggo hupio hupangalu alui ma hamu ompung, Debata Mula Jadi Nabolon, dohot tamu ompung Debata Natolu, natolu suhu natolu harajaon, namanggomgomi langit dohot tano, dohot jolma manisia”. (Aku berdoa, menyebutkan dan berseru padamu Tuhan, Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan dengan Tiga nama Tuhan dengan kekuasaan, tiga kerajaan, yang menguasai langit bumi serta segenap isinya).
Mula ni dungdang mula ni sahala, Siutung-untung nabolon, silaeng laeng mandi, Siraja inda-inda, siraja indapati. (Awal dari “dungdang” awal dari kharisma, Siuntung-untung na bolon, burung layang-layang, Siraja inda-inda, Siraja idapati).
Napajungjung pinggan, dihos ni mataniari, Nahinsa-hinsa suruon, nagirgir mangalapi, nasintak sumunde-sunde, nauja manotari, siboto unung-unung, nauja manangi-nangi. (Yang menjingjing piring di tengah teriknya matahari, yang gampang disuruh, dan mudah jemput, yang maha tau apa yang dibicarakan, serta yang peka).
Napabuka-buka pintu, napadung-dang dungdang ari, napasorop-sorop ombun, di gorjok-gorjok ni ari, parambe-rambe nasumurung, sitapi manjalahi, napatorus-torus somba, tu ompunta Mulajadi. (Yang membuka pintu, yang menentukan hari, yang meneduhkan hari, diatas teriknya panas mata hari, menenangkan yang panas hati, dan menunjukkan jalan yang baik, yang meneruskan doa kepada Tuhan).
Tuat ma hamu ompung, sian ginjang ni ginjangan, sian langit ni langitan, sian toding banua ginjang, sian langit na pitu tingka, sianombun na pitu lampis, sian bintang na marjombut, tu lape-lape bulu duri, sian mual situdu langit, tu gala-gala napul-pulan, hariara sangka mandeha, baringin tumbur jati, disi do partungkoan ni ompunta Mulajadi. (Datanglah Engkau ya Tuhan, dari tempat yang Maha Tinggi dari atas langit, serta alam semesta. Dari langit yang ketujuh dan dari awan yang ketujuh lapis, “sian bintang najorbut, tu lape-lape bulu duri”. Dari mata air menuju langit, tu gala-gala napulpulan. Hariara sangka mendeha, baringin tumbur jati, disitulah bersemayam, Allah Bapak maha Pencipta langit dan bumi).
Jadi dalam tonggo-tonggo ini, jelas kita mengetahui bahwa Allah Pencipta alam, bersemayam di langit yang ke tujuh.
3. Pansur si Pitu Dai (Pancuran tujuh rasa), juga melambangkan bahwa ramuan obat-obatan tradisionil Batak, banyak yang harus bersyarat tujuh misalnya : harus tujuh macam, harus tujuh kali, harus tujuh buah, harus tujuh lembar, atau harus tujuh potong.
4. Pansur sipitu Dai (Pancur tujuh rasa), juga melambangkan tata tertib acara margondang (acara Gendang Batak). Pada acara margondang, acara harus dimulai dengan Gondang si Pitu Ombas (tujuh buah irama lagu Gendang dimainkan secara non stop tanpa di ikuti dengan tarian). Setelah gendang sipitu Ombas selesai, maka dimulailah acara menari, tetapi acara ini, harus dimulai dengan “Pitu Hali Mangaliat” (Arak-arakan tujuh kali keliling lapangan menari) dan untuk menutupi acara margondang ini, harus dimulai dengan acara Pitu hali mangaliat.
5. Pansur Sipitu Dai (Pancuran tujuh rasa) juga melambangkan “partuturan” (panggilan) dalam stuktur atau susunan Tarombo (silsilah) karena hanya tujuh Generasi yang mempunyai Pertutuan (panggilan) dalam satu garis keturunan yaitu :
  1. Ompu : Nenek moyang yaitu semua genarasi mulai dari tiga generasi diatas kita.
  2. Ompung : Kakek, yaitu orang yang dua generasi diatas kita
  3. Amang : Ayah, yaitu yang satu generasi diatas kita
  4. Haha Anggi : Abang Adik yaitu orang yang segenerasi dengan kita
  5. Anak : Anak yaitu orang yang saatu generasi di bawah kita
  6. Pahompu : Cucu, yaitu orang yang dua generasi di bawah kita.
  7. Nini : Cicit yitu orang yang mulai tiga generasi di bawah kita.
6. Pansur Sipitu Dai (Pancur Tujuh rasa0 juga melambangkan bahwa dari sepuluh orang keturunan Guru Tatea Bulan, hanya tujuh orang yang mempunyai keturunan langsung, karena tiga orang dari mereka menjadi orang sakti :.
Adapun orang yang menjadi sakti ialah :
  1. Raja Uti Sakti dan tinggal di udara, di darat dan di laut.
  2. Boru Biding laut (boru Tunghau), sakti dan tinggal di hutan atau darat
  3. Nan tinjo Sakti dan tinggal di Danau Toba atau laut.
Adapun yang mempunyai keturunan langsung sebanyak tujuh orang yaitu :
  1. Saribu Raja
  2. Limbong Mulana
  3. Sagala Raja
  4. Silau Raja
  5. Boru Pareme
  6. Bunga Haomasan
  7. Anting Haomasan
Nama yang tujuh ini di gabung menjadi satu ikatan yang dinamakan “Sipitu Tali’ (tujuh satu ikatan), dan nama yang tujuh ini jugalah yang menjadi pedoman untuk pembagian negeri limbong menjadi Pitu Turpuk (tujuh daerah perkampungan), kemudian sipitu tali atau sipitu turpuk ini juga yang menjadi dasar tata pelaksanaan hukum adat di negeri limbong, baik secara pribadi, maupun secara kelompok.
Pemerintahan Limbong dilaksanakan oleh kumpulan dari utusan dari tiap kelompok atau turpuk, yang disebut dengan nama Raja Bius (Raja Wilayah) atau dengan istilah Raja Ni Sipitu Tali. Demikian juga dalam acara kebudayaan ritual, misalnya mengadakan pesta Horbo Bius atau horbo lae-lae, maka raja Bius atau raja ni Sipitu tali inilah yang paling banyak berperan dengan raja-raja yang lain yaitu :
‘Jonggi Manaor” dari turpuk Sidauruk
“Raja Sori” dari turpuk Borsak Nilaingan
“Raja Paradum” dari turpuk Nasiapulu
“Manontang Laut” dari turpuk Sihole
“Raja Paor” dari turpuk habeahan
Bersamaan dengan itu, lahirlah Sisingamangaraja dari marga Sinambela dan juga Palti Raja dari marga Sinaga. Kesaktian Jonggi Manaor ialah Batara Guru Doli bertempat tinggal di Limbong. Kesaktian Sisingamangaraja ialah dari Bala Sori bertempat tinggal di Bakkara, dan kesaktian Palti Raja ialah Bane Bulan bertempat tinggal di Palipi.
Jonggi Manaor beserta dan Raja Sori, Raja Paradum, Manontang Laut dan Raja Paor, mereka inilah pelaksana utama dalam upacara “Hoda Somba” yaitu upacara persembahan, mempersembahkan kuda kepada Debata Mulajadi Na Bolon (Tuhan Yang Maha Esa). Kuda ini dipersembahkan melalui perantaraan Raja Uti, “Raja Hatorusan natorus marpangidoan tu Debata” (yang biasa atau yang bisa langsung bermohon kepada Tuhan Yang Maha Esa). Upacara Hoda Somba ini diadakan terutama kalau terjadi kemarau panjang di seluruh wilayah Samosir.
Maka Hoda Somba (Kuda Persembahan) disediakan oleh keturunan Lontung dari Samosir, kemudian kuda ini diantarkan ke Limbong yang Upacara penyerahan ini dipimpin oleh marga Situmorang, kemudian di Limbong diadakan upacara memohon turunnya hujan mereka pergi ke Simanggurguri dengan membawa seperangkat Gendang di Simanggurguri Jonggi Manaor Martonggo (berdoa) memohon turunnya Hujan, dan pada saat itu juga pasti datang hujan sehingga semua peserta upacara itu harus basah kuyup di Limbong di Guyur air Hujan.
Hoda Somba (Kuda Persembahan) ini dipotong kemudian dikuliti, semua dagingnya dibagi dan dimakan menurut tata cara hak (Parjambaron)menurut status dan kelompok masing-masing kepada semua peserta upacara. Hoda Somba (Kuda Persembahan).
Kemudian kulit Kuda itu, diantarkan kepada Raja Uti di Barus dan yang mengatarkannya ialah Jonggi Manaor, Raja Sori, Raja Paradum, Manontang Laut dan Raja Paon, mereka berjalan kaki dari negeri Limbong melewati Hutan belantara menuju Barus.
Tetapi … setelah mereka berjumpa dengan Raja Uti di Barus, kulit Kuda yang mereka bawa dari Limbong itu menjelma menjadi Kuda yang hidup sebagaimana Kuda itu sebelum dipotong.
Pansur Sipitu Dai (Pancuran tujuh rasa) ini juga mempunyai kisah tersendiri dari si Boru Pareme, karena di Pansur Sipitu dai inilah si Raja Lontung bertemu dengan si Boru Pareme, yang kemudian mereka kawin. Hingga sekarang, apabila ada orang yang kesurupan si Boru Pareme, maka orang itu selalu meminta manortor (Menari) di Pansur Sipitu Dai. Siboru Pareme dengan Raja Lontung mempunyai 7 (tujuh) keturunan yaitu : Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, Siregar.
Dari anak Lontung yang tujuh orang ini, anak yang paling bungsu yaitu Marga “Siregar”, adalah menantu kesayangan bagi marga Limbong. Hal itu dapat dibuktikan kalau pansur Ni Hela salah satu Pancuran dari yang tujuh yang di khususkan untuk tempat mandi semua menantu (yang mengawani putri Limbong), kalau pansur Hela ini russak, maka hanya marga Siregarlah yang berkewajiban dan berhak untuk memperbaiki Pancuran itu.
Demikianlah Kisah Pitu Halongangan Opat Batu Tolu Aek, (Tujuh keajaiban Empat Batu Tiga Air), yang terletak di Kaki Dolok Pusut Buhit Kecamatan Sianjur Mula-mula.
artikel ini disari dari berbagai sumber
Read More
Aek Liang di Kecamatan Ronggur Ni Huta

Aek Liang di Kecamatan Ronggur Ni Huta

Aek Liang adalah berupa sumber mata air yang terdapat di dalam sebuah goa. Sumber mata air tersebut menjadi sumber air untuk memenuhi kebutuhan air bagi seluruh warga di kawasan Desa Aek Liang.
Read More
Danau Sidihoni di Kecamatan Pangururan

Danau Sidihoni di Kecamatan Pangururan

obatak.id-Ada gunung diatas gunung? Sudah biasaaa...Lah ini ada Danau di dalam Danau.


Jadi ceritanya begini. Ada sebuah gunung. Di puncak gunung tersebut ada danau yang sangat besar sekali. Di danau tersebut, ada pulau yang bergunung-gunung. Nah, diatas gunung-gunung di pulau itulah ada danau. Lebih kurang demikianlah penggambaran tentang Danau Sidihoni (dalam bahasa Batak disebut sebagai Tao Sidihoni), sang danau diatas danau. Keunikan Samosir yang susah didapatkan di daerah lainnya.


Danau Sidihoni merupakan salah satu ciri khas dari pariwisata Danau Toba, Sumatera Utara. Selama ini, masyarakat awam hanya mengenal Parapat sebagai tempat paling oke untuk menikmati Toba, padahal Parapat ini hanya 40%nya Toba saja. Masyarakat juga sering mencukupkan diri untuk sekedar mengunjungi Tomok, Tuktuk Siadong, Makam Raja-Raja, Museum Batak, dan mencicipi BPK jika pergi ke Samosir. Padahal di Kecamatan Pangururan, yang berada di sisi barat Pulau Samosir, menyimpan banyak sekali objek wisata: Tao Sidihoni, Tele, Air Terjun Efrata, Air Terjun Rasa Jeruk, Pantai Pasir Putih Parbaba, dan Pemandian Air Panas (sayang sekali, dari semuanya itu yang saya kunjungi cuma Tao Sidihoni dan Pasir Putih Parbaba).


Kembali lagi ke Tao Sidihoni.





Dimana letak Tao Sidihoni?

Tao Sidihoni sebenarnya tidak secara persis terletak di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Tao Sidihoni sebenarnya masuk di wilayah Kecamatan Ronggur Nihuta. Hanya saja aksesnya paling dekat dari pusat Kecamatan Pangururan, 5 km saja atau dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 15 menit dengan sepeda motor. Dari Tomok atau Tuktuk Siadong, Tao Sidihoni berjarak sekitar 40 km dengan waktu tempuh lebih kurang 45 menit-1 jam dengan menggunakan sepeda motor.





Bagaimana caranya menuju Tao Sidihoni?





Dari Medan ada 2 pilihan: menuju Parapat terlebih dahulu dan menggunakan penyeberangan Lopo Parindo lewat Tiga Raja atau dengan Kapal LCT dari Pelabuhan Ajibata, atau mungkin langsung menuju Pangururan dengan menggunakan armada Bis atau L300 Samosir Pribumi atau Dairi. Samosir Pribumi bis memiliki rute Pekanbaru-Siantar-Ajibata-Pangururan dan Medan-Siantar-Ajibata-Pangururan, kedua-duanya via Ferry LCT Ajibata-Tomok dengan waktu tempuh Medan-Pangururan sekitar 6-7 jam. Sedangkan L300 Samosir Pribumi dan Dairi melayani rute Medan (Simpang Pos)-Berastagi-Kabanjahe-Pangururan dengan waktu tempuh Medan-Pangururan sekitar 7-8 jam. Bedanya, view yang ditawarkan lebih bagus via Berastagi-Kabanjahe daripada via Siantar.




Sesampainya di Pangururan, satu-satunya pilihan untuk menuju Tao Sidihoni adalah Ojek atau naik becak. Jangan khawatir, semua becak di Pangururan adalah becak motor. Biasanya tarif yang ditawarkan tidak terlalu mahal karena Tao Sidihoni tidak terlalu jauh dari Pangururan. Dari Pangururan ini akan melewati jalan yang lumayan berkelok tapi tidak menanjak tajam. Dari arah belakang akan terlihat pemandangan Danau Toba di sisi barat yang tidak kalah eksotis dengan pemandangan di sisi timur.




Jika Anda memilih berangkat dari Tomok dengan charter sepeda motor atau dengan menaiki armada Sampri Bison (biasanya menyediakan rute Tomok-Pangururan dengan frekuensi yang jarang), maka Anda akan disuguhi pemandangan yang begitu indah sepanjang jalan menyusuri sisi timur Pulau Samosir yang berhadapan langsung dengan deretan pegunungan di Parapat.


Berapa biaya masuk ke Tao Sidihoni?


GRATIS! Tidak dipungut biaya. Anda bisa masuk, keluar, berfoto ria sampai capek di Tao Sidihoni. Pun kalau Anda tersesat, Anda tanya kepada warga sekitar dan warga sekitar akan memberi tahu Anda dengan sukarela. Meskipun demikian, sedikit orang yang tahu tentang Tao Sidihoni ini. Mungkin hanya orang Pangururan saja yang tau keberadaan Tao Sidihoni. Inilah sebabnya Tao Sidihoni cukup jarang dikunjungi. Petunjuk yang kurang jelas juga karena akses yang jauh dari pusat icon pariwisata Samosir di Tuktuk Siadong.




Ada apa saja di Tao Sidihoni?


Bagi Anda yang tidak hobi berada di alam, Tao Sidihoni akan sangat mengecewakan Anda karena tidak ada sarana bebek-bebekan, speed boat, banana boat, rafting, atau game-game lainnya. Tao Sidihoni hanya menyediakan pemandangan alam yang sangat alami, asri, tenang, hening, dan membuat hati tenang. Kalau saya bilang, hampir mirip dengan Ranu Pane, tapi jauh lebih bagus Tao Sidihoni karena lebih alami, lebih sedikit pemukiman di sekitarnya, dan masih banyak rerumputan yang menghijau di kanan kiri danau. Sapi dan kerbau juga cukup banyak berkeliaran di Tao Sidihoni, menambah suasana alami di Tao Sidihoni.




Kapan waktu paling bagus menikmati Tao Sidihoni?


Kalau menurut saya, waktu paling bagus adalah pagi hari dan sore hari karena Tao Sidihoni ini sangat terbuka, jarang ada pepohonan. Kalau siang hari panas sekali. Untuk melihat sunrise ataupun sunset, Tao Sidihoni ini sangat ideal karena danaunya membentang dari barat ke timur.





Penasaran? Karena gunung diatas gunung sudah mainstream, maka danau di atas danau sudah saatnya menjadi pilihan. Hanya di Tao Sidihoni, Ronggur Nihuta, Sumatera Utara, IndONEsia!


sumber : http://ceritadisana.blogspot.co.id/
Read More