Hukuman Pancung di Desa Siallagan

Hukuman Pancung di Desa Siallagan

zaman dulu ada sebuah desa bernama Desa Siallagan. Di Desa ini terdapat seperangkat batu dan meja sebagai tempat persidangan yang dipakai oleh raja-raja Batak di Samosir, di antaranya Raja Sidabutar, Raja Siallagan dan Raja Sidauruk untuk menyidang warga yang melakukan kesalahan; baik ringan mau pun berat.


Kesalahan ringan itu kayak mencuri kambing, lembu, kerbau, jagung, ayam atau ngintip orang mandi (mulai ngaco). Biasanya penjahat amatiran kayak gini di hukum mengganti kerugian 5 kali lipat dari hewan/hasil panen yang dicuri atau di suruh kerja sosial tanpa di gaji. Ishh langsung kebayang pasti jaman dulu itu di Samosir gak ada sampah sama pencuri ya.

Sementara kejahatan berat itu seperti memperkosa, membunuh, menjadi mata-mata, penghianat atau penjahat perang dan musuh bebuyutan dari Medan perang. Untuk penjahat-penjahat kayak begini raja akan memanggil tetuah adat. Para raja melakukan sidang dengan memanggil pengetua kampung, dukun, pangulubalang (bodyguard) dan keluarga pelaku.

Nah tetua adat bakalan nyari hari yang paling sip buat mancung si penjahat. Selama masa menunggu itu, si penjahat bakalan di pasung dan dijaga ketat oleh pangulubalang. Rata-rata penjahat jaman dulu kan sakti-sakti , mereka juga punya ilmu hitam, jadi emang mesti di jaga ketat.

Trus gimana dong ngelepasin ilmu hitamnya? secara ya penjahat-penjahat ini sakti banget, mereka akan dibawa ke meja persidangan dan mungkin bakalan dijampi-jampi sama dukun baru deh di pancung. Tukang pancung haruslah sakti mandraguna juga, plus harus memiliki pedang yang sangat tajam, karena untuk yang berilmu hitam salah satu syaratnya mesti dipancung dengan satu kali tebasan. Kalo gak mempan maka si tukang pancung yang mesti dipancung juga. Serem banget kan yaa hiiiii


meja tempat penjahat di pancung





diperankan model nih acara di pancung



coba deh liat wajah ibu di belakang para model, taruhan dia udah nonton becandaan model kayak beginian ribuan kali hehe, ampe mukanya bosen gitu.




Setelah di eksekusi/pancung kepala, maka kepala bakalan di gantung 3 hari di pintu masuk kerajaan dengan maksut untuk orang-orang di sekitar bisa mengenali wajah tersebut sekalian ketakutan biar gak melakukan sesuatu bodoh. Rasanya presiden perlu memberlakukan hukuman ini untuk semua koruptor dan tukang perkosa di Indonesia ya. Tubuhnya akan dipersembahkan di Danau Toba, katanya sih selama 7 hari masyarakat gak boleh mandi atau menggunakan air danau untuk menghindari pengaruh ilmu hitam.

Cerita lain lagi katanya nih sebelum di pancung maka tubuh akan di iris-iris di bagian lengan mula-mula akan menyayat lengan tawanan dengan pisau kecil dan menyiramnya dengan perasan air limau.
Saat tawanan menjerit-jerit kesakitan, ini diartikan segala ilmunya telah hilang. setelah itu, tawanan dibedah hidup- hidup, diiringi sorak-sorai. Perutnya di belah, diambil isinya dan dibagikan kepada penduduk untuk segera dimakan.

Dengan perut menganga dan hampir mati, tawanan dipapah menuju batu pancungan. Dalam satu kali ayunan parang, kepala tawanan harus putus. Kalau gagal, kepala sipemancung yang akan dipenggal. Itu sebabnya sipemancung harus berpengalaman dan parangnya harus tajam. Kepala tawanan dan daging dari mayatnya dicincang dan dimask dengan daging kerbau, lalu dihidangkan di atas meja eksekusi untuk disantap oleh Raja. Darahnya digunakan sebagai pencuci mulut, sedangkan tulang belulangnya dibuang ke danau Toba.

Aaaaaa….saya yang denger langsung pengen meringis kepedihan.

Saksi sejarah lainnya, ditemukannya pohon hariara yang sudah berusia 400 tahun, berlokasi di dekat kursi batu persidangan.

Eksekusi terakhir terjadi kira-kira tahun 1860, sebelum kedatangan misionaris Ingwer Ludwig Nommensen, yang berhasil memahami adat serta bahasa setempat., akhirnya merubah masyarakat Batak termasuk di Ambarita, menjadi penganut kristen yang taat dan menghapus ritual kanibalisme ini. Sebelumnya, misionaris lainnya selalu gagal dan justru berakhir di batu eksekusi. (info wisata nasional).

Serem yaa hehe, kalo sekarang sih udah gak gitu lagi koq  Orang Batak dan keturunan raja-raja didaerah sini udah berubah dong. Eksekusi terakhir itu terjadi tahun 1860 setelah datangnya misionaris yang membawa ajaran agama kristen ke Pulau Samosir.

sumber : nonikhairani.com
Read More
Gondang Gotilon (Pesta Panen Raya)

Gondang Gotilon (Pesta Panen Raya)

Dahulu sekitar tahun 1803 hingga 1939 Godang Gotilon (Pesta Panen Raya) merupakan sebuah acara yang sangat dinanti-nantikan oleh rakyat batak. Karena acara tersebut dianggap sebuah kesempatan untuk memuja untuk memberikan korban atau persebahan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Read More