FILOSOFI DIBALIK UKIRAN CICAK PADA RUMAH BATAK TOBA

Filosofi/filsafat merupakan pola berfikir manusia, prinsip hidup, ataupun cara berfikir manusia yang timbul karena peristiwa fenomena-fenomena kehidupan yang telah mereka alami.

Jika melihat pengertian filosofi diatas maka orang batak adalah termasuk seorang filosof atau filsuf. Ini dapat kita lihat melalui ukiran-ukiran yang dipahat (digorga) atau juga bentuk-bentuk lain yang tak biasa pada umumnya yang terdapat pada rumah batak. Nilai-nilai filosofi itu disamping memiliki arti tersendiri juga sebagai cerminan jati diri dan sebuah pemikiran akan masa yang datang. Dalam bentuk ukiran dan bentuk lain yang terdapat pada rumah batak, para nenek moyang orang batak mencoba menterjemahkannya dan mengambil makna serta pesan yang tak tertulis dari benda tersebut dan ingin memberikan pesan tak tertulis bagi para keturunannya. 

Salah satu filosopi yang dapat kita temukan dalam rumah batak adalah :UKIRAN CICAK 

Cicak dalam bahasa batak juga disebut sebagai Boraspati. Ukiran cicak ini terdapat dalam rumah batak. Apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh para nenek moyang batak sehingga menempatkan ukiran batak didepan rumah dan menghadap ke ukiran 4 buah dada (tarus). Hal ini tentunya memiliki makna yang ingin disampaikan oleh para nenek moyang batak kepada generasi penerusnya (keturunannya). 

Jika melihat sekilas mengenai ukiran cicak ini maka akan timbul sebuah atau beberapa pertanyaan mengapa para leluhur kita memilih jenis binatang ini untuk dijadikan sebuah simbol dalam bentuk ukiran yang memiliki tempat atau posisi strategis yaitu pada bagian depan rumah. Apa sebenarnya kelebihan cicak sehingga menjadi simbol dalam ukiran pada rumah batak ?

Cicak adalah binatang yang dapat hidup/berjalan dalam berbagai kondisi dan tempat (cicak dapat merayap dilantai, dinding, diplafond), ini mengartikan bahwa tidak ada yang dapat membatasi ruang gerak cicak karena dia dapat menyesuaikan diri. Hal lain yang dapat kita temukan dari sebuah cicak adalah meskipun cicak banyak dirumah namun hal itu tidaklah membuat yang empunya rumah menjadi risih atau terganggu dengan keberadaannya karena cicak juga mempunyai manfaat yaitu memakan nyamuk atau serangga yang masuk atau ada di dalam rumah.

Mungkin perilaku cicak inilah yang mendasari para nenek moyang batak mengambil cicak menjadi sebuah simbol ukiran pada rumah batak meskipun hal ini belum tentu benar 100% tetapi melihat perilaku cicak dengan keberadaan orang batak yang telah melanglang buana/ merantau tentu hal ini ada benar juga. Para leluhur kita mengharapkan agar para keturunannya dapat hidup dimanapun dan dengan kondisi apapun dan keberadaanya pun berguna dan bermanfaat ditempat atau lingkungan yang didiami/ dirantaunya. 

Seperti cicak yang memakan nyamuk maupun serang  didalam dan diluar rumah demikian juga kita generasi penerus diharapkan agar tidak hanya memperbaiki tanah perantauan juga tetapi kita juga ikut berpartisipasi dalam membangun bona pasogit.

Tafsiran filosopi ini hanya bersifat pribadi dengan melihat, memperhatikan dan menganalisa filosofi dibalik ukiran cicak pada rumah batak Toba.  

Oleh Tommy Simatupang

Subscribe to receive free email updates: