SASTRA BATAK

SASTRA BATAK

PENGANTAR
“Marbisuk ma ho!” (Hendaklah kamu cerdik dan bijaksana!). Inilah falsafah kuno orang Batak Toba yang tetap aktual dalam dan bagi kehidupan masyarakat Toba hingga pada masa sekarang. Ungkapan ini sering diumbar oleh orang-orang tua dari jaman ke jaman. Falsafat ini sungguh mempengaruhi cara hidup, pola pikir, cara pandang dan tingkah laku (praktek hidup) orang Batak Toba.
Sastra Budaya Batak dapat kita gambarkan dalam  ungkapan para tua-tua orang Batak Toba: “Ansit do na halion (so dapotan) jambar juhut, alai hansitan dope na so dapotan jambar hata”, Artinya sangat menyakitkan jika seseorang tidak mendapat bagian dalam pembagian daging, tetapi lebih sakit lagi jika seseorang tidak mendapat kesempatan untuk berbicara dalam pesta adat. Ungkapan ini hendak menunjukkan betapa penting dan tingginya nilai berbicara dalam budaya Batak Toba. Ungkapan-ungkapan orang bijak di kalangan Batak Toba memiliki ciri tersendiri. Hal itu tercermin dalam semua tulisan dan sastra yang dimiliki oleh suku Batak.

SASTRA MASYARAKAT BATAK TOBA
Batak Toba Sekilas Pandang
Masyarakat Batak Toba pada umumnya hidup tersebar atau tinggal di sekitar daerah Sumatera Utara, khususnya di daerah pulau Samosir dan daerah Tapanuli.
Namun demikian orang Batak telah tersebar ke berbagai penjuru dunia ini. Suku Batak Toba menjadi suku bangsa yang besar. Nenek moyang suku bangsa Batak diduga berasal dari Hindia Belakang, walau menurut mitos orang Batak yang beredar di kalangan masyarakat ini, nenek moyang Orang Batak berasal dari titisan dewa Si Raja Deang Parujar. Raja Batak sebagai manusia pertama dikirim oleh dewa ke bumi ini di gunung Pusuk Buhit, di pulau Samosir. Suku ini memiliki beberapa persamaan dengan salah satu suku di daerah Fhilipina. Karena itu diperkirakan bahwa sebenarnya keturunan Batak Toba berasa dari daerah Asia bagian Hindia Belakang. Banyak teori dan pendapat yang berbicara tentang keberadaan suku Batak Toba.
Sebagian berpendapat bahwa suku Batak mencakup lima suku: Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Dairi-Pakpak. Tetapi pendapat ini sangatlah lemah karena bukti untuk itu tidak kuat. Sebagian orang berpendapat bahwa suku ini berdiri sendiri. Memang ada kemiripan di antara kelima suku ini, misalnya memiliki sedikit persamaan dalam bahasa, adat kebiasaan. Tetapi lebih banyak perbedaan. Perbedaan ini menjadi dasar penentu bahwa suku Batak Toba berbeda dari suku yang lainnya itu. Dalam tugas ini penulis menjelaskan sastra yang dimiliki oleh suku Batak Toba, karena dari suku inilah penulis berasal.

Seni Sastra Masyarakat Batak Toba.
Orang Batak Toba terkenal dengan keberaniannya untuk berbicara di depan umum dan keberanian dalam hal-hal lainnya. Sifat umum dan khas dari suku bangsa ini ialah “Si boru puas si boru bakkara, molo nunga puas ampema soada mara (artinya,seseorang harus mengungkapkan isi hati dan perasaannya, dan jika hal itu telah terungkapkan maka puaslah rasanya dan damai serta selesailah masalkah, semua masalah harus dituntaskan dengan pembicaraan). Ungkapan ini umumnya mewarnai sifat orang Batak. Berkaitan dengan itulah maka orang Batak suka berbicara. Suka berbicara, berkaitan erat dengan bayak hal dalam hidup orang Batak Toba. Suku ini memiliki banyak ungkapan-ungkapan berhikmat, pepatah, pantun, falsafah, syair lagu, dll. Banyak ungkapan bijaksana di kalangan masyarakat Toba. Ungkapan bijak itu tidak kala penting dan nilainya bagi kehidupan mausia bila dibandingkan dengan ungkapan bijak dari sastra suku bangsa lain. Ungkapan berhikmat itu sungguh lahir dari pengalaman dan pergulatan hidup nenek moyang dari dahulu hingga masa sekarang.
Makna yang terkandung dalam sastra Batak Toba berkaitan erat dengan kehidupan yang dialami setiap hari, misalnya: falsafah pengetahuan (Batak: Habisuhon), kesusilaan (Batak: Hahormaton), tata aturan hidup (Batak: Adat dohotuhum) dan kemasyarakatan (Batak: Parngoluon siganup ari). Bila diteliti secara seksama, sastra kebijaksanaan suku Batak Toba (yang disebut umpama), terdiri dari empat bagian. Pembagian itu adalah sebagai berikut: 
  1. Filsafah (Batak: umpama na marisi habisuhon= pepatah yang berisi pengetahuan atau kebijaksanaan).
  2. Etika kesopanan (Batak : umpama hahormaton).
  3. Undang-undang (Batak: umpama na mardomu tu adat dohot uhum).
  4. Kemasyarakatan (Batak: umpama na mardomu tu parsaoran si ganup ari, ima na dipangke di tingki pesta, partamueon, dll.).
 Arti dan makna umpama (pepatah) dalam suku Batak Toba sangat luas dan mendalam. Berdasarkan bentuknya ungkapan itu dapat di bagi ke dalam empat bagian besar.
Pembagian itu ialah:

  1. Pantun (Batak: umpasa): adalah ungkapan yang berisi permintaan berkat, keturunan yang banyak, penyertaan dan semua hal yang baik, pemberian dari Allah.
  2. Kiasan/persamaan (Batak: tudosan): adalah pepatah yang berisi persamaan dengan ciptaan (alam) dan semua yang ada di sekitar kita, misalnya: pematang sawah yang licin.
  3. Nyanyian (Batak: endeende): adalah pepatah yang sering dinyanyikan, diungkapkan oleh orang yang sedang rindu, yang bergembira dan yang sedang sedih.
  4. Pepatah (Batak: Umpama) adalah:
a) kebijaksanaan/kecerdikan,
b) pepatah etika kesopanan,
c) pepatah adat (peraturan :tata cara),
d) pepatah hukum.

Sastra kebijaksanaan Batak Toba :
1. Berkaitan dengan Penderitaan Manusia:
  • Nunga bosur soala ni mangan
  • Mahap soala ni minum
  • Bosur ala ni sitaonon
  • Mahap ala ni sidangolon
 Arti harafiah dan leksikal:
Sudah kenyang bukan karena makan
Puas bukan karena minum
Kenyang karena penderitaan
Puas karena kesedihan/dukacita
Sedangkan arti dan makna terdalam: Syair pantun ini mengungkapkan keluhan manusia atas penderitaan yang berkepanjangan yang menyebabkan keputusasaan. Penderitaan sering dianggap sebagai takdir. Takdir ditentukan oleh Debata Mulajadi Na Bolon (Allah orang Batak Toba) harus diterima dengan pasrah saja. Ada orang yang menyerah saja pada penderitaan dan menjadi apatis. Namun untuk sebagian orang takdir dilihat sebagai sarana pendidikan, yakni mendidik untuk tabah menghadapi segala cobaan hidup, menyingkirkan sifat sombong dan sekaligus menanamkan rasa patuh kepada orang tua, raja, hula-hula (kerabat keluarga), nenek moyang dan Debata Mulajadi Na Bolon. 
 Jenis pantun ini ialah “pantun andung” (pantun tangisan) pada penderitaan. Pantun ini diungkapkan pada waktu mengalami penderitaan (kesedihan dan duka cita), misalnya pada saat kematian orang tua, sahabat dan famili.

2. Berkaitan dengan Nasihat dan Larangan Melakukan Perzinahan:
  • Silaklak ni dandorung
  • Tu dangka ni sila-sila
  • Ndang iba jumonokjonok
  • Tu na so oroan niba
 Arti harafiah dan leksikal:
  • Kulit kayu dandorung
  • Ke dahan kayu silasila
  • Dilarang mendekati perempuan/wanita
  • Jika tidak istri sendiri
 Arti terdalam:
Dua baris terakhir dari syair pantun di atas menasehatkan kepada semua pria agar tidak mendekati seorang perempuan/wanita yang tidak istrinya. Nasehat ini merupakan usaha untuk menghindari tindakan perzinahan dan sekaligusmerupakan larangan untuk tidak melakukan perzinahan. Seorang laki-laki yang mendekati perempuan yang bukan istrinya dan melakukan hubungan seksual disebut berzinah. Orang yang melakukan perzinahan dihukum dan terkutuk hidupnya.
 Jenis Sastra:
Pepatah nasehat ini digolongkan ke dalam pantun nasehat atau pepatah nasehat (Batak: umpama etika hahormaton, adat dohot uhum). Pepatah ini digunakan pada kesempatan pesta adat, pesta perkawinan, dan pada hari-hari biasa serta pada kesempatan yang biasa juga. Juga sering diungkapkan pada waktu diadakan musyawarah kampung karena adanya tindakan pelanggaran perkawinan. Biasanya orang yang berzinah dihukum secara adat.

3. Berkaitan dengan Etika Kesopanan (sopan santun):
  • ” Pantun hangoluan, tois hamatean!”
Arti harafiah dan leksikal: Sikap hormat dan ramah mendatangkan kehidupan dankebaikan; sikap ceroboh atau sombong (tidak tahu adat) membawa kematian/malapetaka.
 Arti terdalam: sopan santun, sikap hormat dan ramah tamah akan membuahkan hidup yang mulia dan bahagia (baik), sedangkan sikap ceroboh dan sombong (angkuh) akan menyebabkan kematian, penderitaan, malapetaka dalam hidup seseorang. Pada umumnya orang yang sopan memiliki banyak teman yang setia, ke mana dia pergi selalu mendapat perlindungan dan sambutan dari orang yang dijumpainya. Sedangkan orang yang ceroboh dan sombong sulit mendapat teman bahkan sering mendapat lawan dan musuhnya banyak. Yang seharusnya kawan pun menjadi lawan bagi orang yang seperti ini.
 Jenisnya dan digunakan pada kesempatan: Sastra ini tergolong dalam pepatah (Batak: umpama) nasehat. Pepatah etika sopan santun. Biasanya digunakan pada kesempatan memberangkatkan anak, famili atau sahabat yang hendak pergi ke perantauan. Dan pepatah ini digunakan sebagai nasehat orang-orang tua kepada anakanaknya.

4. Berkaitan dengan “Janji atau nazar” yang harus ditepati: 
  • Pat ni satua
  • Tu pat ni lote
  • Mago ma panguba
  • Mamora na niose 
 Arti harafiah dan leksikal:
  • Kaki tikus
  • Ke kaki burung puyuh
  • Lenyap/hilanglah si pengingkar janji
  • Dan kayalah yang diingkari
 Arti terdalam: seorang yang mengingkari janji, apalagi sering-sering mengingkari akan hilang lenyap (mati) karena tindakannya dan orang yang diingkari akan menjadi kaya. Orang yang mengingkari janji dikutuk dan ditolak oleh masyarakat umum, sedangkan orang yag diingkari mendapat penghiburan dan pengharapan yang baik dari sang pemberi rahmat. Dia akan menjadi kaya dalam hidupnya. Padan adalah janji atau perjanjian, ikrar yang disepakati oleh orang yang berjanji. Akibat dari pelanggaran padan lebih daripada hukum badan, karena ganjaran atas pelanggaran padan (janji) tidak hanya ditanggung oleh sipelanggar janji (padan), tetapi juga sampai pada generasi-keturunan berikutnya. Ada unsur kepercayaan kutukan di dalamnya. Padan bersifat pribadi dan rahasia, diucapkan tanpa saksi atau dengan saksi. Jika padan diucapkan pada waktu malam maka saksinya ialah bulan maka disebut padan marbulan. Dan jika diucapkan pada siang hari saksinya ialah hari dan matahari disebut padan marwari. Nilai menepati janji cukup kuat pada orang Toba. Ini mungkin ada kaitannya dengan budaya padan yang menyatakan perbuatan ingkar janji merupakan yang terkutuk.
  Jenis pantun dan digunakan pada kesempatan: pantun ini tergolong ke dalam pepatah (Batak: umpama) nasehat kepada orang yang berjanji (Batak: marpadan). Pepatah ini digunakan pada kesempatan ketika menasehati orang yang sering menginkari janji. Pada upacara adat terjadi pembicaraan dan berkaitan dengan pengadaan perjanjian. Nasehat ini diberikan dan disampaikan oleh orang tua dari kalangan keluarga. Ini merupakan unsur sosialisasi untuk mendidik orang Toba menjadi orang yang konsekuen dalam bertindak.

5. Berkaitan dengan Kehidupan Sosial Masyarakat: 
  • Ansimun sada holbung
  • Pege sangkarimpang
  • Manimbuk rap tu toru
  • Mangangkat rap tu ginjang
 Arti harafiah dan leksikal:
  • Mentimun satu kumpulan
  • Jahe satu rumpun batang
  • Serentak melompat ke bawah
  • Serentak melompat ke atas

 Arti terdalam: Umpama ini digunakan untuk kerabat sedarah dan dari satu keluarga (Batak: dongan sabutuha). Pepatah ini mengisyaratkan kebersamaan untuk menanggung duka dan derita, suka dan kegembiraan. Sejajar dengan ungkapan:”ringan sama dijingjing, berat sama dipikul”. Dari ungkapan ini terbersit arti mendalam dari kekerabatan yang dianut oleh orang Batak Toba. Kekerabatan mencakup hubungan primordial suku, kasih sayang dipupuk atas dasar hubungan darah.Kerukunan diusahakan atas dasar unsur-unsur Dalihan Na Tolu. Hubungan antar manusia dalam kehidupan orang BatakToba diatur dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu. Hubungan ini telah disosialisasikan kepada generasi dari generasi ke generasi berikutnya. Hubungan ini telah ditanamkan kepada anak sejak dia mulai mengenal lingkungannya yang paling dekat, misalnya dengan orang tua, sanak saudara dan kepada famili dekat. Pengertian marga dijelaskan dengan baik sesuai dengan kode etik Dalihan Na Tolu. Tata cara kehidupan, cara bicara, adat-istiadat diatur sesuai dengan kekerabatan atas dasar Dalihan Na Tolu itu.
  Jenis sastra: tergolong dalam kelompok pepatah (Batak: umpama). Dipakai pada kesempatan pesta pernikahan, pesta adat dan pada waktu kemalangan. Pepatah ini digunakan sebagai nasehat untuk pihak yang berpesta dan yang sedang kemalangan.

Kekhasan Sastra Batak Toba:
a) Sastra Batak Toba lahir dari budaya Batak yang tumbuh berkat relasinya dengan alam, dunia sekitar dan orang-orang dari suku bangsa lain.
b) Pepatah atau ungkapan bijak dalam suku ini tidak diperoleh dari hasil pendidikan formal, tetapi dari pendidikan suatu perkumpulan, misalnya perguruan silat atau perkumpulan marga dan adat.
c) Sastra ini pada umumnya diwariskan secara lisan.
d) Pengarang satra ini tidak diketahui. Waktu penulisan dan tempat mengarang juga tidak dapat dipastikan.
e) Pepatah dan pantun dapat diubah-ubah sesuai dengan situasi yang ada. Tetapi harus selalu diperhatikan dan dipertahankan isi dan makna yang sebenarnya.
f) Sastra ini memiliki arti kiasan atau perumpamaan dan arti langsung (harafiah).
g) Pola sajak yang digunakan umumnya bervariasi, ada ab-ab dan ada yang bebas.
h) Ada pepatah atau sajak yang bernilai rohani, yang sangat dalam maknanya.
i)  Pepatah umumnya dikuasai oleh sebagian orang saja yang bertugas sebagai pembicara dalam adat. Orang yang bisa berbicara dengan baik dan mengetahui banyak pepatah maka dia dapat dihunjuk sebagai pembicara dalam adat. Tetapi umumnya sastra ini dapat digunakan oleh siapa saja.
Kelebihan dan kekurangan:
Kelebihan: pepatah bersifat sederhana, mudah dimengerti dan diingat oleh orang, tidak membosankan, memiliki arti harafiah dan arti terdalam yang juga memiliki kaitan dengan arti harafiah itu. Umumnya pepatah atau sastra Batak sibuk dengan masa depan.
Kekurangan: tidak semua tertulis karena itu bisa hilang dan dilupakan oleh generasi selanjutnya. Sastra ini memiliki bahasa kuno yang terkadang sulit dimengerti orang jpada aman sekarang.
BAGAIMANA ORANG BATAK SUKA/BISA LIHAI BERDEBAT;
Bukan hal yang baru lagi kalau saat ini kita melihat begitu banyaknya orang Batak yang bergelut di bidang professi pengacara. Bagaimana itu bisa? Sebenarnya kalau kita runut ke belakang, itu adalah hal yang lumrah. Bayangkan, dari dulu nenek moyang orang batak sangat ahli dalam berdebat dengan santun, juga dalam berpantun. Kalau kita mengikuti acara Adat Batak, bisa kita lihat betapa sedang terjadi ‘sengketa’ atau ‘pertempuran’ yang sangat menarik. Tentunya dalam konteks berdebat atau komunikasi adat, orang Batak mengatakan:
Purpar pande dorpi laho padimposhon, sip parmihimihim laho manegai! (Jadi sehebat apapun perdebatan dalam acara pesta adat Batak, pada akhirnya akan berakhir dengan baik, kita tentunya pernah mendengarkan: Aek godang tu aek laut, dos ni roha sibahen na saut!)
Salah satu sisi positif dari orang Batak adalah tegas dalam bersikap. Uniknya lagi dalam masyarakat Batak, semua adalah Raja! Artinya bila dihubungkan dengan konsep Dalihan Na Tolu, semua dari kita pada posisi Raja. Sering kita mendengarkan cuplikan kalimat: Anak ni raja do hamuna na ro, suang songoni anak ni raja do hami na didapothon muna! 
Terima kasih sama TUHAN betapa nenek moyang kita dibekali dengan keahlian (anugerah) untuk bertutur kata dan berfikir dengan baik dan sitematis. Dalam kehidupan sehari-hari hal inilah yang membuat Orang Batak itu pantang menyerah, uniknya simak umpasa berikut:
Ale Tuhan talu ma ahu maralohon dongan jala sai pamonang ma ahu maralohon musu!
Kalau kita cermati umpasa di atas, betapa Orang Batak itu sangat berbudi luhur. Tapi kalau kita lihat belakangan ini hal ini sudah hampir punah oleh penyakit yang dinamakan HOTEL: Hosom, Teal, Elat, dan Late, sudah pada stadium yang sangat mengkhawatirkan. Kalau kita runut ke belakang, berdebat dengan pantun atau berpantun dalam bahasa Batak terbagi dalam kategori: Umpasa, Umpama, Salik, Anian, Udoan, Umpama ni Pangandung, dan Umpama ni Ampangardang. Secara ringkas bisa diuraikan lagi sbb.:

UMPASA:
Umpasa adalah pantun yang berupa keinginan untuk mencapai sesuatu atau permohonan dalam bentuk Doa. Dan kalau dikaji, pantun itu ada sampirannya, yang dibuat sedemikian. Setiap baris atau kata mengandung makna mendalam dan saling terkait satu sama lain.
Contoh:
    Bintang ma narumiris, ombun na sumorop Anak pe antong riris, boru pe antong torop
    Pirma toras ni pongki, Bahul-bahul pansalongan Pirma tondi muna, Tutambana pangomoan
    Habang pidong sibigo, paihut-ihut bulan, Saluhut angka na tapangido, sai tibu ma dipasaut Tuhan.
    Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora, Tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.
    Mangula ma pangula, dipasae duhut-duhut Molo burju do hita marTuhan, dipadao mara marsundut-sundut
    Binanga siporing, binongkak ni tarabunga Muli tu sanggar ma amporik, Muli tu ruang ma satua Sinur manapinahan, tugabena ma naniula
    Dalam berpantun (umpama/umpasa – red) kata-kata yang digunakan harus sopan dan halus.
    Contoh:
      Binanga siporing, binongkak ni tarabunga Muli tu sanggar ma amporik, Muli tu ruang ma satua Sinur manapinahan, tugabena ma naniula
        Dalam umpasa diatas kata tikus diganti menjadi satua (satua – hata andung dari tikus). Jadi dalam kita menyampaikan umpama maupun umpasa hindarilah kata-kata yang tidak pantas (hodar – red).
        Contoh lain seperti: babi tidak cukup halus jika diganti dengan “pinahan lobu” tetapi “siparmiak-miak” atau “lomuk” yang arti sebenarnya “lemak”. Umpasa menghindari kata-kata yang tidak pantas, a.l. singke, sipasing, situma dan sidohar adalah nama-nama binatang yang sering dijumpai di sawah dan sering dimakan, namun tidak pantas disebutkan dalam umpasa. Sederhananya, dalam kita ber umpasa atau umpama, kita berkomunikasi dengan Tuhan, karena umpasa adalah doa restu yang disampaikan oleh manusia tetapi pengabulannya semata-mata tergantung Tuhan. Oleh karena itu perlu dilandasi bahasa dan sikap yang sangat sopan dan sakral. Berikut ini umpasa yang tidak pantas dikumandangkan yang disebut “na so marpaho”:
          Eme sitamba tua ma, Parlimggoman ni siborok Debata do na martua, Horas ma hamu di parorot 
          Tingko ma inggir-inggir, Bulung nai rata-rata Hata pasu-pasu i, Pasauthon ma namartua Debata
          “Siborok” tidak pantas disebut karena merupakan sesuatu yang belum jadi atau metamorfosa. “Inggir-inggir” adalah semacam buah semak yang asam dan buahnya kecil-kecil yang mengandung makna tidak berharga. Oleh karena itu, kedua kata tersebut tidak relevan dengan permohonan doa restu yang lajimnya memohon sesuatu yang “jadi” dan “berarti”. Umpasa yang memakai kata-kata yang tidak pantas seperti di atas disebut “Umpasa Na So Marpaho”.
          Contoh lain: “Danggur-danggur” (batu untuk dilempar) , “sibonsiri” (pemicu), “habang” (terbang), “mumpat” (tercabut), “mabaor” (hanyut), “marbonsir” (sebab) adalah contoh kata-kata yang tidak etis dalam umpasa. Misalnya: Antus nabegu soro ulu balang. Lali masiturbingan, Manuk masisoroan Mata masi urbitan, Roha masibotoan
          UMPAMA
          Umpama secara sederhana diartikan perumpamaan atau peribaratan.
          Contoh:
            Tektek do mula ni godang, serser do mula tortor Sungkun mula ni uhun, sise mula ni hata.
            Manuk ni Pealangge, hotek-hotek laho marpira Sirang namaraleale, lobian namatean ina
            Tampunak sibaganding, di dolok pangiringan Horas do hita sudena, asal marsipairing-iringan
            Habang binsakbinsak, tu pandegean ni horbo Unang hamu manginsak,ai idope na huboto
            Tujuannya umpama ini adalah penyampaian maksut hati atau tujuan supaya lebih enak didengar dan lebih mudah dipahami maksud yang akan disampaikan. Umpama bukanlah “Doa Restu” seperti umpasa.
            SALIK
            SALIK adalah pantun yang bertujuan untuk mengutuk seseorang atau sumpah serapah.
            Contoh:
              Ndang taruba babi so mangallang halto.
              Holi-holi sanghalia, tading nanioli dibahen nahinabia
              Jinama tus-tus tiniop pargolangan, tuk dohonon ni munsung dang tuk gamuon ni tangan
              Balik toho songon durung ni Pangururan, sianpudi pe toho asal haroro ni uang
              Sanggar rikrik angkup ni sanggar lahi, dongan marmihim jala donganna martahi-tahi.
              Otik pe bau joring godang pe bau palia.
              Pat ni lote tu pat ni satua, Mago ma pangose horas na niuba
              Batu nametmet tu batu nabolon, Parsoburan ni sitapitapi Suda na metmet suda nabolon, Unang adong siullus api
              Dos do sanggar dohot tolong, Dos do parmangmang dohot panolon
              Bila adat dan hukum setempat tidak dapat menyelesaikan masalah, maka Raja Adat menghukumnya dengan pasa-pasa atau kata-kata kutukan. Jika pasa-pasa tidak juga mempan, maka yang lebih tinggi dari pasa-pasa adalah “Gana Sirais” dan “Gana Sigadap”. Di Jawa dikenal dengan “Sumpah Pocong” atau “Sumpah Mati”.
              ANIAN
              Anian artinya pantun yang ada “ekornya” atau bersayap. Kadang didasari filsafat, tapi sering juga hanya sekedar pantun enak di kuping saja.
              Contoh:
                Ganjang bulung ni bulu, Tingko bulung ni soit Denggan hata tu duru, Di bagasan marpanggoit
                Di robean pinggol tubu, Dinahornop diparnidai
                Tanduk ni ursa mardangka-dangka Tanduk ni belu margulu-gulu salohot Nangpe namarpungui sabungan ni roha Pamalo-malohon do angka na so dohot

                UDOAN
                Udoan adalah pantun untuk mengungkapkan penderitaan yang luar biasa.
                Contoh:
                  Sinuruk simarombur, Di tingki ngali ni ari Taonon nama sudena i, Nunga ro soroni ari
                  Nunga tunduk baoadi, Songon lombu jailon i Songon anak ni manuk, Nasiok-siok i
                  Ndang be tarrarikkon, Bulusan ma nirogohon Ndang na tarandungkon, Bulusan ma hinasiphon
                  Bulan sada bulan dua, Ujung taon bulan hurung Gabe dongan do malua, Gabe iba do tarhurung
                  UMPAMA NI PANGANDUNG
                  Jaman dulu ada profesi ‘pangandung’ di Tanah Batak. Semisal kalau ada yang meninggal, pangandung akan dipanggil. Orang yang membawakan pantun tersebut akan mendapat upah, maka sang peratap diberi “Upa Pangandung”. Pantun jenis ini biasanya dilantunkan pada saat menangisi jenazah orang mati.
                  Contoh:
                    Nunga songon jarojak tarunjal, Songon tandiang na hapuloan
                    Binahen ni sitaonon, Na so ada tudosan
                    Nunga tunduk, Songon lombu jailon Songon anak ni manuk, Na so tumanda eatan
                    Jagaran hundul, Songon panghulhulan Jagaran jongjong, Songon pangunggasan
                    Sungkot so na ginjang ahu, Ponjot so nabolon i Aut binahen ni ginjanghu, Boi do paunduhonhi Aut binahen ni bolonhu, Boi do pajorbingonhi Ponjot ma pangarohaingki, Di si ulubalangari
                    UMPAMA NI AMPANGARDANG:
                    Pengertian ampa adalah kebijakan. Ardang sama dengan sanjak. Ampangardang berarti Pelantun Sanjak Bijak. Biasanya dilantunkan oleh para lelaki untuk merayu perempuan pujaan hatinya. Enak didengar. Konon Ampangardang yang piawai dapat membius kekasihnya dengan pantun sehingga terkulai ke pangkuannya.
                    Contoh:
                      Bulung hariara, Marpitor-pitor ho naarian Boru ni datulang, sian dia ho narian
                      Ndada sian dia, sian pansur paridian Paias-ias bohi mandapothon si pariban
                      Lua-lua sadari, Bahen hita muba-uba Riburpe onan pasar, Rumiburan hita nadua
                      Ansingsing ansising, Manang imbalo-imbalo Padenggan parhundulmu, Nunga ro manopot ho
                      Nunga limut-limuton, Pansur so pinaridian Nunga lungun-lungunan, Si boru so pinangkulingan

                      GABE Jala HORAS 
                      “Pir tondi madingin horas tondi matogu, horas ma pardalan-dalan, mangomo ma partiga-tiga!

                      sumber: http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/sastra-budaya-batak-toba
                      Read More
                      ZODIAK / HOROSKOP MENURUT SUKU BATAK (PARMESANA)

                      ZODIAK / HOROSKOP MENURUT SUKU BATAK (PARMESANA)

                      obatak.id-Sebagaimana ilmu perbintangan (horoskop) pada umumnya, demikian pula Suku Batak juga telah mengenal ilmu perbintangan atau yang bahasa awamnya disebut zodiak.

                      Sebagaimana zodiak yang berjumlah 12 zodiak demikian juga halnya dengan zodiac batak atau yang disebut suku batak sebagai parmesana sampulu dua juga berjumlah 12. Hanya yang membedakannya secara umum adalah pembagian tanggalnya dan itupun tidak terlalu signifikan.



                      Marhumba 
                      9 Februari sampai 10 Maret dilambangkan dengan simbol hudon 




                      sifat sosial, umumnya mereka mudah menyesuaikan diri dengan orang lain.Banyak taktiknya dan disukai orang lain. Hanya saja sering pelupa, sehingga sering dianggap sebagai orang yang ingkar janji. Cocok menjadi guru, datu, dan tabib.


                      Mena
                      11 Maret sampai 12 April dlambangkan dengan simbol ikan 


                      sifat suka mengalah, lincah, dan agak kikir serta suka bergaul dan rukun. Keberuntungannya cenderung menyukai perdamaian daripada keributan. Cocok menjadi seniman, sopir.



                      Gorda 
                      13 April sampai 14 Mei dilambangkan dengan simbol kambing 


                      sifat agak cengeng dan suka akan hal-hal baru. Daya pikirnya luas dan selalu ingin berkembang dan liar. Sifat pantang mundurnya menyebabkan dia dapat menjadi pemimpin yang sukses. Cocok menjadi pegawai, guru, Datu, pengembara, wartawan, tentara.


                      Marsoha 
                      15 Mei sampai 16 Juni, dilambangkan dengan simbol kupu-kupu. 

                      sifat sabar, telaten, dan lamban menyesuaikan diri. Ia pemikat yang jitu. Tapi kalau sudah marah, bisa frustasi dan hancur-hancuran. Dia pandai berhemat, tetapi kalau menginginkan sesuatu tidak menanggung resiko apapun. Cocok menjadi seniman, perawat, juru runding, pemasaran, dan pengusaha.


                      Nituna 
                      17 Juni sampai 18 Juli, dilambangkan dengan cacing.



                      sifat sosial. Sifatnya yang kurang baik adalah pendapatnya yang sering berubah dengan kata lain tidak berpendirian tetap. Tetapi daya pikirnya luas dan jiwanya selalu hidup tak senang pada perubahan baru. Cocok menjadi pionir, serdadu, polisi, perencana, dan pelaut.



                      Makara 
                      19 Juli sampai 20 Agustus, dilambangkan dengan simbol kepiting



                      Sifat perasaan sangat halus dan suka menyendiri. Sifat penyayangnya amat besar, terutama terhadap binatang. Golongan ini tidak senang foya-foya, lebih senang hidup di rumah daripada bepergian. Cocok menjadi serdadu, penyawah, saudagar, tabib, dan rohaniawan. 



                      Babiat
                      21 Agustus sampai 22 September, dilambangkan dengan harimau 


                      sifat jujur, pemberani, dan terus terang. Karena itu di mana-mana ia dipercaya orang. Sayangnya dia sangat mudah naik darah walaupun cepat juga menjadi baik. Cocok menjadi serdadu, guru, Datu, pendekar, dan pelopor.



                      Hania 
                      23 September sampai 24 Oktober, dilambangkan dengan simbol elang 


                      Sifatnya yang tampak adalah kritis, jadi cocok kalau jadi kritikus. Dia tidak mau menerima apa saja yang diterangkan seseorang dan pekerjaannya selalu rapi. Golongan ini tidak senang menonjolkan diri di depan umum, dan firasatnya amat tajam. Cocok menjadi pedagang, saudagar, pelaut, dan pionir.



                      Tola
                      25 Oktober sampai 26 November, dilambangkan dengan pohon


                      Sifat tidak mudah tersinggung. Perasaannya halus. Dalam mengambil keputusan kadang-kadang tampak lambat sehingga sukar dipengaruhi. Kurang pandai menyesuaikan diri dalam pergaulan dan senang berpakaian indah. Cocok menjadi guru, petani, padri, tabib, dan pimpinan. 



                      Martiha

                      27 November sampai 28 Desember, dilambangkan dengan simbol batu 



                      Sifat semangat kuat dalam menempuh segala hal. Sifatnya yang agak aneh ialah sering merahasiakan sesuatu dan tertutup. Biasanya tabah dalam menghadapi segala rintangan. Ulet dan tidak suka bersenda gurau. Cocok menjadi datuk, pendekar, peneliti, serdadu.



                      Dano 

                      29 Desember sampai 30 Januari, dilambangkan dengan air 




                      sifat berani mengadu untung. Biasanya mempunyai tubuh yang kuat hingga cocok menjadi olahragawan. Cerdas dan rajin bekerja. Berjiwa sosial tinggi tetapi kadang-kadang sombong. Cocok menjadi rohaniawan, tabib, guru, intelijen



                      Harahata 

                      31 Januari s/d 8 Februari, disimbolkan dengan kodok 



                      sifat tekun mengerjakan sesuatu, pantang mundur. Tetapi ia tidak mudah percaya akan omongan orang. Cocok menjadi penyanyi, sastrawan, pengarang, budayawan, wartawan, penulis

                      Read More
                      WAKTU DALAM ADAT BATAK (PARTINGKION)

                      WAKTU DALAM ADAT BATAK (PARTINGKION)


                      Nenek moyang Suku Batak telah mengenal waktu dan telah membuat pembagian waktu, hal ini dibuktikan akan adanya nama-nama waktu (jam) serta pembagiannya. Waktu dalam bahasa batak disebut dengan tingki (dibaca tikki). Dalam hal waktu dalam adat batak disebut Partingkion (dibaca partikkion).

                      Pembagian waktu menurut tradisi batak 

                      1. jam 05.00 Wib s/d jam 07.00 Wib      disebut sogot (pagi-pagi benar) 
                      2. jam 07.00 Wib s/d jam 11.00 Wib      disebut Pangului atau Pangulihi (menjelang siang)
                      3. jam 11.00 Wib s/d jam 13.00 Wib      disebut Hos (waktu terik matahari)
                      4. jam 13.00 Wib s/d jam 17.00 Wib      disebut Guling (matahari condong kebarat 
                      5. jam 17.00 Wib s/d jam 18.00 Wib      disebut Bot (matahari mulai tenggelam) 

                       Nama-nama waktu setiap jam dalam waktu 24jam 

                      pukul 1 pagi        = Haroro ni panangko (kedatangan pencuri)
                      pukul 2 pagi        = Martahuak manuk sahali (ayam berkokok untuk pertama kalinya)
                      pukul 3 pagi        = Martahuak manuk padua halihon (ayam berkokok untuk kedua kalinya)
                      pukul 4 pagi        = Buha-buha ijuk (pagi-pagi benar/buta)
                      pukul 5 pagi        = Torang ari (pagi
                      pukul 6 pagi        = Bincar mataniari
                      pukul 7 pagi        = Manogot
                      pukul 8 pagi        = Tarbakta
                      pukul 9 pagi        = Tarbakta raja
                      pukul 10 pagi      = Sagang, paragakkon mangan

                      pukul 11 siang    = Humara hos
                      pukul 12 siang    = Hos
                      pukul 1 siang      = Guling
                      pukul 2 siang      = Guling dao

                      pukul 3 sore        = Tolu gala
                      pukul 4 sore        = Dua gala
                      pukul 5 sore        = Andos potang
                      pukul 6 sore        = Bot, bonom mataniari

                      pukul 7 malam    = Samon
                      pukul 8 malam    = Hatiha mangan
                      pukul 9 malam    = Tungkap hudon
                      pukul 10 malam  = Sampe modom
                      pukul 11 malam  = Sampe sinok modom
                      pukul 12 malam  = Tonga borngin

                      sumber : diolah dari berbagai sumber.
                      Read More
                      KALENDER DALAM ADAT BATAK (PARHALAAN)

                      KALENDER DALAM ADAT BATAK (PARHALAAN)

                      Sistem Kalender dalam Adat Suku Batak dikenal dengan nama Parhalaan. Kalender batak ini juga juga sesuai dengan sistem kalender pada umumnya, hanya suku batak mempunyai penamaan dan pengartian sendiri terhadap sistem kalender dalam adat/budaya batak. Bulan disebut sebagai Paha dan Hari disebut sebagai ari.


                      Panggoari ni Paha/ Penamaan Bulan menurut  suku Batak adalah : *)

                      1.   Sipaha Sampulu  bulan Januari
                      2.   Li                       bulan Pebruari
                      3.   Hurung               bulan Maret
                      4.   Sipaha Sada       bulan April
                      5.   Sipaha Dua        bulan Mei
                      6.   Sipaha Tolu        bulan Juni
                      7.   Sipaha Opat       bulan Juli
                      8.   Sipaha Lima       bulan Agustus
                      9.   Sipaha Onom     bulan September
                      10. Sipaha Pitu         bulan Oktober
                      11. Sipaha Uwala      bulan Nopember
                      12. Sipaha Sia          bulan Desember



                      Goar ni ari dibagasan sabulan *)

                      1. Artia
                      2. Suma
                      3. Anggara
                      4. Muda
                      5. Boraspati
                      6. Singkora
                      7. Samisara
                      8. Artia ni Aek
                      9. Suma ni Mangadop
                      10. Anggara Sampulu
                      11. Muda ni mangadop
                      12. Boraspati ni Tangkup
                      13. Singkora Purasa
                      14. Samisara Purasa
                      15. Tula
                      16. Suma ni Holom
                      17. Anggara ni Holom
                      18. Muda ni Holom
                      19. Boraspati ni Holom
                      20. Singkora Moraturun
                      21. Samisara Moraturun
                      22. Artia ni Angga
                      23. Suma ni Mate
                      24. Anggara ni Begu
                      25. Muda ni Mate
                      26. Boraspati Nagok
                      27. Singkora Duduk
                      28. Samisara Bulan Mate
                      29. Hurung
                      30. Ringkar

                      *) diolah dari berbagai sumber


                      ARTI NAMA-NAMA HARI BATAK 
                      (sumber http://pustahabataktoba.blogspot.com/p/blog-page_18.html)

                       1. ARTIA
                      Sada ari nauli mamukka sihataon/ulaon pesta tonggo raja
                      => Suatu hari baik untuk mengadakan musyawarah dalam segala hal

                      2. SUMA
                      Ari sidua pat manisia dohot pidong, ulaon na hombar sadari i marburu tu harangan, marsabbil, mangkatai
                      => Hari ke dua kaki manusia dan burung, pekerjaan yang bagus dalam hari ini adalah berburu ke hutan, menjaring buruan, membicarakan sesuatu hal

                      3. ANGGARA
                      Ari na rimas mangulahon pangurupion, mambahen ubat, mangarabi, molo marburu ingkon dapotan
                      => Hari naas/buang sial, sangat baik untuk berperang dan membuat obat, berburu.
                      => Hari yang bagus untuk melakukan bantuan, mengobati, jika berburu pasti akan dapat.

                      4. MUDA
                      Ari si opat-opat/mangarabi hauma, manabur boni, ulaon pesta pe denggan do
                      => Hari padi, sangat baik untuk menanam tanaman dan penyemaian
                      => Hari ke empat/mempersiapkan sawah ladang, menyemai bibit padi, melakukan pesta adat juga bagus pada hari ini.

                      5. BORASPATI
                      Sadarion boi do pajongjong jabu, mamongkot jabu, mamungka martiga-tiga
                      => Hari baik untuk berpesta, mendirikan rumah, memasuki rumah baru, mencari pekerjaan dan untuk memulai suatu usaha

                      6. SIKKORA
                      Naeng mangalangka, tu luat naleban/mangaranto, mangalului karejo, mamungka martiga-tiga
                      => Hari baik dalam penentuan, melangkah ke perantauan, melamar pekerjaan, menjumpai orang besar (berpangkat), memulai berdagang, pesta perkawinan, meminang kekasih

                      7. SAMISARA
                      Ari ni raja, boi do mambahen pesta bolon (gondang) naung tinontuhon ni raja adat dalihan na tolu
                      => Hari kepunyaan Raja, bisa melakukan pesta besar yang sudah ditetapkan Raja Adat Dalihan Na Tolu.  
                      => Hari “Raja”, sangat baik untuk pengantin baru, pesta, kawin lari, memanggil roh, mandi bunga

                      8. ARTIA NI AEK
                      Sada ari nauli naeng mangulahon pesta, si las ni roha (marsianjuan) mamokkot jabu, alai marsada ni roha ma hamu mangulahon nasa ulaon
                      => Hari baik untuk semua pesta, musyawarah, mandi bunga, memasuki rumah baru, maaf-maafan, dan memulai usaha baru.

                      9. SUMA NI ANGGARA
                      Hurang do ulina ari sadari on mangulahon nasa ulaon, boi do martaontaonan, tu ladang/aek, marburu, marsabbil, mangkail
                      => Hari yang kurang baik untuk melakukan segala acara/kerja/pesta, bisa jadi sakit, ke ladang/pancoran, berburu, menjerat buruan, memancing. waspadalah dalam segala hal.

                      10. ANGGARA SAMPULU
                      Na rimas do ari sadari i, jadi ingkon manat manghuling, lobi hasuhuton bolon, pangoli anak/pamuli boru, paampehon holi tu batu na pir (marhata ogung)
                      => Hari sial, berhati-hatilah dalam berkomunikasi (harus dijaga sopan santun), sangat baik untuk membuat obat baru dan memancing.

                      11. MUDA NI MANGADOP
                      Mariaia do nasa ulaon
                      => Hari untuk bersantai dan hari yang sangat menggembirakan segala pekerjaan/pesta

                      12. BORASPATI LANGKOP
                      Mangadopi raja, parpangkat, mandapothon raja, na boi pangunsandean raja, dalihan na tolu
                      => Hari baik untuk menyuapi orang besar (berpangkat) melamar suatu pekerjaan, memanggil roh keluarga, mandi bunga, bersekutu dengan Tuhan Yang Maha Esa

                      13. SIKKORA LAMBOK
                      Pangoli anak/pamuli boru, manuan ompu-ompu, partanda, parbalohan, mangebati natuatua, hula, boru, mamokkot jabu, dibagasan tangiang
                      => Hari baik untuk pesta perkawinan, mendirikan rumah, mengunjungi orang tua atau mertua, memasuki rumah baru dan mandi bunga

                      14. SAMISARA PURNAMA
                      Ulaon harajaon bolon, mangido pasu-pasu, paebathon tu ompungna
                      => Hari “Raja”, sangat baik mengadakan pesta besar, pesta muda-mudi, mengantar anak ke rumah mertua, mandi bunga

                      15. TULA
                      Losok do roha sadari on denggan do manuan harambir, mangarabi, marsonang-sonang
                      => Hari sial, yang baik dilakukan menebas ladang dan menanam kelapa

                      16. SUMA NI HOLOM
                      Papunguhon sisolhot dohot angka tutur, mangido tangiang tu Mulajadi Nabolon, denggan sadarion mambahen taontaonan
                      => Hari yang kurang baik, tetapi baik untuk memancing dan berburu

                      17. ANGGARA NI HOLOM
                      Ulaon parsili ni tondi, buang sial, maranggir, mangarabi, tu balian
                      => Hari buang sial, mandi bunga dan membuat obat

                      18. MUDA NI HOLOM
                      Manabi eme, marbabo, mandok mauliate tu Mulajadi Nabolon
                      => Hari panen padi, sangat baik untuk memulai panen padi, memasukkan padi kedalam lumbung

                      19. BORASPATI NI HOLOM
                      Pajongjong sopo sopo di balian, pajongjong batu ojahan, pature tangga ni jabu
                      => Hari baik untuk menebang pohon kayu guna bahan bangunan rumah dan memancing

                      20. SIKKORA MORA TURUN
                      Mamulung nasa daon (ubat) ni sahit na adong, mamokkot jabu, laho borhat mangaranto, tu luat sileban, paampehon holi tu batu na pir
                      => Hari baik untuk mengunjungi sanak famili, pindah rumah dan mengangkat tulang

                      21. SAMISARA MORA TURUN
                      Buang sial mangido tangiang, manaon (sabbil), bubu, mangkail
                      => Hari baik untuk memasang jerat, memancing dan berburu

                      22. ARTIA NI ANGGARA
                      Mambahen daon (ubat) mamungka mangarabi, ulaon parsili ni tondi, mangido gogo tu Mulajadi Nabolon
                      => Hari baik untuk turun ke laut, membuang penyakit, mandi bunga, membuat obat, memancing ikat dan membuat obat

                      23. SUMA NI MATE
                      Mambahen taon-taonan, marburu, marjala, mangkail tu aek
                      => Hari baik untuk berburu dan memancing

                      24. ANGGARA NI BEGU
                      Palambok ate ate, mangido tangiang, mambahen daon (ubat), pasahat hamauliateon
                      => Hari baik untuk memanjatkan doa, minta rejeki dan mandi bunga

                      25. MUDA NI MATE
                      Jumpang ma tingkina, mangarabi hauma, mangaranto, tu luat sileban
                      => Hari padi, memanen dan pesta

                      26. BORASPATI NA GOK
                      Pasahat sulang sulang tu natua tua, tu hula hula, pangoli anak/pamuli boru
                      => Hari baik untuk istrahat, membawa makanan untuk orang tua, mengganti pakaian orangtua, mengunjungi mertua, pesta pernikahan dan membuat obat

                      27. SIKKORA HUNDUL
                      Parsili ni tondi, buang sial, mangido tangiang, mambahen daon (ubat), marburu, mangkail
                      => Hari penyakit, membuat obat, berburu dan memancing

                      28. SAMISARA BULAN MATE
                      Bangkol manghatai, manat mangalangka, mambahen si pir ni tondi, marburu, mangkail
                      => Hari baik turun ke laut, membuat penyakit, berburu dan memancing

                      29. HURUNG
                      Humurang do uli ni ari, sadarion dohot mangalangka pe hurang do ulina
                      => Hari kurang baik, berhati-hati dalam rencana/langkah

                      30. RINGKAR
                      Mangujungi panghataion naung tinaringotan hian unang marsihosoman roha, paampehon holi tu batu na pir
                      => Hari baik untuk saling maaf-memaafkan (musyawarah) memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
                      Read More
                      ANGKA BATAK

                      ANGKA BATAK

                      sumber : http://indoparsada.blog.com/files/2011/04/nomor-300x236.jpg

                      Read More
                      AKSARA BATAK

                      AKSARA BATAK

                      sumber : http://tukiminseo.blogspot.com/2012/05/aksara-batak-tobamandailingkarosimalung.html

                      Read More